Kumpulan FanFicition Westlife.
Yang mana para tokohnya adalah personil Westlife.

MURNI HANYA CERITA FIKSI SEMATA

Jumat, 26 Oktober 2012

Mystery - Part 8

"Arghhh..." Mark mengerang keras.
"Mark !! Kau gila !" Kian terbelak kaget.

Pupil mata Shane membesar saat ia tahu, tangan itu adalah tangan Mark yang berusaha melindunginya.

"Mark!" Kian memandang gusar ke arah sahabatnya, "Mengapa kau berusaha melindungi makhluk sialan ini ?!!"

Mark memutar bola matanya ke arah lukisan minyak yang mengambarkan isteri dan anaknya.
Ia menarik nafas panjang dan berkata,

"Daphne.."
"Apa ?!" Kian memberikan pandangan tak percaya pada sahabatnya.
"Daphne.. Ia sangat menyayangi kakaknya. Saat kita menikah dulu, ia sempat menangis di pelukanku sebelum upacara pemberkatan di mulai. Ia mencari-cari kakaknya yang amat ia cintai." Mark memandang kosong ke lukisan tersebut.

Kian ternganga lebar dan bergantian memandang Mark dan Shane.
Seolah ia tak percaya dengan ucapan Mark, ia mengorek-ngorek lubang telinganya dan dengan jari telunjuknya.

"Aku tidak berbohong... Aku bisa menunjukkannya pada mu."
"Tidak... Aku tidak ingin mengembalikan gambaran itu padamu. Lebih baik kita bersihkan luka bakar mu."

Saat keheningan kembali menyelimuti mereka semua.
Kian secara perlahan membuka suara seraya membalut tangan Mark dengan perban,
"Mark..."
"Hmm..?"
"Mau kah kau kembali menekuni pekerjaan kita dulu ?" Kian bertanya dengan hati-hati.

Mark menghela nafas panjang dan bangkit dari duduknya,

"Aku pergi dulu..."

Kemudian ia lenyap....

*****
Mark muncul di suatu tempat yang berwarna putih dan tak berujung itu lagi.

"Sekarang apa lagi ?!" Mark menatap sekeliling dengan gusar.

kemudian , sebuah tubuh kembali menimpanya hingga jatuh

''Arrr..." Mark mengeram gusar , "Sekarang apa ?! Izin ku sudah diperpanjang,dan aku sudah menjelajahi waktu sesuai aturan yang ada !"
"Em.. Hahaha ..." tawa suara Husky yang ia kenali. "Aku bosan , dan hari ini aku sedang sift Malam. Jadi, mau kah kau menemaniku malam ini ?" Pinta suara Husky itu.
"Tidak tidak tidak ! Aku heran, apakah semua polisi waktu itu suka menimpa tubuh orang. Dasar mesum." Mark berdengus.

PLLAAKK !!
Sebuah tangan besar dan kekar memukul keras kepala Mark.

"AAUUU..!!! Kau gila !!!" Mark berusaha melepaskan diri darinya yang masih berada di atas tubuhnya.
"Dasar ! Orang mesum ! Aku hanya melakukan ini pada lelaki !" Pintanya gusar.
"Cihh, alibi." cibir Mark
"Berandal !"

Mark menghela nafasnya, "Officer Nicky Byrne yang terhormat. Aku bukan berandalan ! Izinku sudah di perpanjang dan menjelajahi waktu dengan kecepatan yang tidak melanggar hukum." hantam Mark
"Sudah kubilang aku bosan, dan butuh teman mengobrol, kebetulan kulihat ada MANTAN berandal yang lewat." Jawabnya terkekeh

Lalu ia meninggalkan tubuh Mark dan berjalan ke arah Bar kecil yang entah keluar dari mana.
Nicky sudah duduk manis disana dengan dua kaki berada di atas meja bar, seraya meneguk Whiskeynya.
Mark menghela nafas panjang dan berdiri tegak dan berjalan ke arah bar itu.

"Guinness, please." Ujarnya kepada Nicky seraya duduk di sampingnya.

Nicky yang sedang sibuk meminum Whiskeynya pun melambaikan tangannya asal-asalan ke arah lemari penyimpanan.
Dan setelah itu, nampak segelas Guinness melayang keluar dari lemari dan mendarat mulut di depan Mark.

"Apa yang membuat mu, berpergian semalam ini ? Ku lihat arahnya ke arah YorkGravin, ada keperluan apa kamu di tempat seperti itu." Nicky membuka suara setelah meminum habis segelas Whiskey.
"Aku ingin mengunjungi Anak dan Isteriku." Jawabnya hampa
"Ohh.." Nicky tertegun, "Maafkan aku, aku tidak bermaksud.." Nicky salah tingkah dan tak dapat menyelesaikan kalimatnya.
"Tak apa." Mark berkata lirih

Polisi berseragam biru muda itu pun menganalisa wajah dan tubuh Mark dari ujung kaki hingga ujung rambut.
Nicky tertegun kaget saat ia menangkap sesuatu di pergelangan tangannya.
Dengan cepat, ia menurunkan kakinya dan menarik tangan Mark untuk memperjelas penglihatannya dengan tanda tersebut.

"Ini.. .Ini kan.." Ucapnya tergagap-gagap

TO BE CONTINUED

Kamis, 25 Oktober 2012

Mystery - Part 7

****

"Dad," seorang gadis kecil yang sedang berdiri di depan pintu perpustakaan rumah itu memanggil ayahnya.
"Adeline !" terdengar suara seorang wanita memanggil gadis kecil tadi.
"Dad !" kali ini ia menambah volume suaranya.
"Adeline ! Sudah Mom ingatkan berapa kali ? Jika Dad sedang ada tamu jangan di ganggu ?!" Wanita cantik itu menegur Adeline.

Adeline memandang lantai dengan wajah penuh penyesalan.
Tapi tiba-tiba, pintu perpustakaan itu terbuka.
Dua orang lelaki berjas hitam legam mengecek kegaduhan yang terjadi di luar ruangan.

"Daphne, tolong bawa Adeline ke kamarnya ya." seorang lelaki tinggi berlesung pipi menyuruh isterinya.
"Tapi, Dad.." Adeline memotong,
"Adeline," Mark berlutut dihadapannya untuk menyesuaikan tingginya dengan Adeline, "Adeline, Dad sedang sibuk. Paman Kian datang hari ini karena ada urusan serius. Dad janji, setelah ini Dad akan menemani Adeline semalaman, Ok ?"
"Tapi, ada hal penting yang,..." Adeline tidak sempat menyelesaikan kalimatnya, di karenakan Daphne langsung menggendong pergi Adeline ke kamarnya.
Mark menghela nafasnya sambil melihat wajah sedih Adeline yang pergi menjauh di gendongan ibunya.

****

Mark terbangun dari tidurnya, dengan nafas terengah-engah. Tubuh dan bajunya basah kuyup bermandi keringat.
Ia berusaha untuk menenangkan diri.

"Raja memori yang bodoh." Shane bersuara dalam keheningan perpustakaan.
"Ternyata, api biru itu sudah lenyap rupanya. Pantas, mulut besar mu sudah bisa mengoceh." Jawab Mark berusaha menyingkirkan perasaan takutnya.
"Adikku itu memang pantas mati. Ia sudah mencoreng nama baik clan Invisible Shadows. Dengan mengawini seorang yang bodoh dari Clan Memogine. Clan rendahan yang tak berguna." Ujar Shane penuh rasa jijik seraya memandang Mark lekat-lekat di balik lingkaran api yang masih mengelilinginya.
"Sekali lagi kau bersuara, pisau ini akan menembus leher mu." Ancam Mark seraya memainkan pisau yang ada di meja.
"Dan juga, anak mu, Adeline Feehily. Sayang sekali ia terbunuh juga. Padahal ia bisa mendirikan Clan baru yang agung. Hanya dengan sedikit bantuan Earl John." Shane menjelaskan dengan seringai licik di mukanya.
"Apa maksudmu ?!"
"Sepertinya terlalu banyak memori yang kau ingat, sehingga kau tidak bisa menangkap omonganku." Shane melecehkan
"Cepat jelaskan padaku, kalau kau tidak ingin menjelaskannya padaku. Lebih baik kau tutup mulut sialanmu !"

Shane tidak berkata apa-apa, ia memilih tertawa bak iblis dibalik lingkaran api itu, tapi tiba-tiba, dari kobaran api itu, terbentuk seekor naga besar nan agung,

"Cepat ceritakan pada kami! Jika kau masih ingin hidup !" ujar Kian dengan tangan terancung ke atas.
"Kau pikir aku takut dengan ancaman belaka mu ?! Gelar Prince of Hell itu hanya omong kosong belaka !" Shane melecehkan Kian

Kian yang sangat sangat murka saat itu, menyibakkan tangannya di udara.
Dan api yang berbentuk naga tadi, menyemburkan api dari mulutnya.

"Aaarrrggghhhh !" Shane mengerang keras
"Kian !" Mark menegur Kian
"Apa ?" Ia enteng menjawab
"Kenapa kau mau membakar mukanya ?"

Kian menyipitkan matanya, dan menghampiri Shane.

"Sayang sekali, Mark. Tangannya berusaha melindungi muka TAMPANNYA" Kian mengeraskan suaranya, "Jadi, Tuan. Apakah anda sudah memutuskan ?"

Shane tidak menjawab apa-apa.
Ia memandang murka Mark dan Kian secara bergantian.

"Fuck ye Memogine ! And ye too ! Firely !"
"Keputusan yang salah." Kian pun sekali lagi menyibakkan tangannya di udara.

Sekali lagi, api kembali menyembur dari mulut naga api tersebut.
Shane yang berusaha melindungi wajahnya dengan tangannya itu, merasakan ada tangan lain yang menghalangi semburan api itu dari tangan dan wajahnya...

TO BE CONTINUED

Minggu, 14 Oktober 2012

Mystery - Part 6

Kian membantu Mark membersihkan dan mengobati luka tembaknya.
Sedangkan Lelaki tadi dibiarkan terkurung dalam lingkaran api Kian.

"Lepas kan aku dari Lingkaran sialan ini !" amuknya

Kian yang tidak senang apinya dikatakan sebagai benda sialan pun menepuk tangannya keras-keras di udara, alhasil, api itu berkobar semakin panas dan tinggi.
Terdengar erangan keras dari sang lelaki, yang tidak di hiraukan Kian.
Ia masih sibuk mengobati luka Mark.
Saat Kian selesai mengobati luka Mark, ia berbalik dan berjalan mendekati lingkaran apinya.
Tapi ia tidak mendapati adanya lelaki tadi.

"Dimana dia ?!" Kian sontak panik.
"Dia itu dari Clan Invisible Shadows" Mark berkata parau
"Apa ?!" Kian terbelak kaget, "Bukan kah Clan Invisible Shadows sudah di musnahkan seluruhnya oleh Earl John dan anak buahnya ?" Tanya Kian tak percaya seraya berusaha menemukan lelaki itu di dalam lingkaran apinya.
"Dia generasi terakhir yang selamat karena berkhianat kepada Clannya sendiri." Ujar Mark sebisa mungkin menahan emosi.
"Perlihatkan dirimu, pengecut !" Ujar Kian lantang
Tak lama setelah itu, lelaki itu menpakkan dirinya dengan seringai licik di wajahnya yang tampan.
"Apa kabar ? Adik Ipar.." Pupil mata hijau hezel itu memandang Mark lekat-lekat di balik membaranya lingkaran api yand dibuat Kian.
"Aaaa... Pppp.. Aaa ? Adiikkk Iiiipparr ??" Ujar Kian tak percaya seraya memandang wajah pasrah Mark dengan mimik tak percaya.

Mark menghela nafas panjang dan mengangguk parau.

"Namanya Shane O'Carrone. Generasi terakhir dar Clan Invisible Shadows. Dia adalah kakak lelaki Daphne." Jelasnya parau

Kian terngaga tak percaya dan bergantian memandang lukisan minyak besar yang tergantung di perpustakaan yang menggambarkan sosok cantik Daphne dan Shane yang berada dibalik lingkaran apinya, memamerkan wajah licik nan berbahaya.

"Ia berkhianat kepada Clannya sendiri dan memihat kapada Earl John yang saat itu jelas-jelas pendukung Sihir Hitam. Dia haus kekuasaan dan rela mengorbankan seluruh keluarganya demi kekuasaan. Orang bodoh yang mengaku ialah penyihir paling sakti di dunia ! Karena dia-lah Adeline dan Daphne bisa tertangkap dan terbunuh !" Ujar Mark tanpa memedulikan air mata yang mengalir sendu di kedua bola matanya.

Shane mengangguk-angguk mengiyakan semua perkataanya.

"Aku masih ingat dengan keluguan dan kebodohan adik dan keponakan ku. Yang membuat mereka berakhir di YorkGravin. Yahh, mereka memang cocok tinggal disana bukan ? Kuburan cantik yang indah. Aku masih ingat jelas kedua pasang bola mata mereka yang berair meneriakkan nama Mark." Jelasnya dengan tawa iblis yang kental,
"Berharap sang raja memori itu bisa menolong mereka. Tapi Sang Raja memori itu tidak ada apa-apanya selain mesin perekam canggih yang tidak berguna !" Ujarnya berusaha membakar amarah Mark.
"CUKUP !! Diam !!" Perintah Kian tegas

Tapi Shane terus tertawa bak iblis jahat yang mengenakan topeng tampan.
Mark hanya bisa pasrah dan menyesali semuanya.
Kian yang tidak sanggup melihat kondisi sahabat baiknya yang terpuruk seperti ini pun menyibakkan tangannya di udara.
Yang membuat lingkaran api itu memiliki api berwarna biru.

"Hahahah.." Tawanya parau "Untuk apa kau menambahkan api biru itu ?" Tanya Shane disela-sela tawa paraunya
"Jika kau berani mengunakan kekuatanmu atau mengatakan sepatah kata lagi. Api-api itu akan meledakkanmu. Coba saja kalau kau berani!"

Ia melihat kobaran api yang membara di kedua bola mata Kian yang membuatnya berkeringat dingin.
Ia yakin ancaman Kian itu serius.
Biarpun kejayaan Kian sudah mulai meredup sekarang-sekarang ini.
Tapi ia percaya dengan Gelar yang dianugerahi kepada Kian 8 Tahun yang lalu, Prince of Hell.
Shane yang cinta dan menyangi dirinya sendiri itu pun memilih diam.

TO BE CONTINUED

Rabu, 10 Oktober 2012

Mystery - Part 5




            Kali ini, Mark muncul di perpustakaannya, ia melepas mantel dan topinya, mengeluarkan pisau lipatnya dan pistol kaliber 9mm miliknya diatas meja. Memori tajam milik Mark menangkap perubahan kecil dari mejanya. Untuk orang awam, perubahan kecil ini pasti tidak akan disadari, tapi Mark yang memiliki kecakapan lain selain bisa menjelajahi waktu. Ia memiliki memori yang sangat tajam, oleh karena itu lah, ia masih mengalami trauma itu. Detik-detik gambaran kematian kedua malaikatnya masih saja teringat jelas olehnya.

            Laci-laci yang dibukanya tadi, berubah posisi sedikit. Laci sebelah kanan paling atas bergeser 2cm kedalam, laci paling bawah sebelah kiri bergeser 3cm ke luar. Dan 2 laci lainnya bergeser 2,5cm ke luar. Ia mengambil Pistol kaliber 9mm-nya dan pisau lipatnya yang ia letakkan di atas meja. Dengan hati-hati dan tidak bersuara, ia menjelajahi seluk beluk perpustakaannya, jelas-jelas ia sedang kedatangan tamu yang tidak diinginkan. Saat Mark melewati rak buku yang menjadi pintu utama ruang rahasia penyimpanan senjata, ada sesuatu yang aneh disana. Ia seperti melihat bayangan seseorang yang berdiri di rak buku itu. Mark yang merasa curiga akan hal itu, berpura-pura ingin membaca buku, Mark membuka kaca lemari buku, menarik keluar 1 buah buku Ensiklopedia Hewan yang tebal. Dengan sengaja, Mark menjatuhkan buku itu ke arah bayangan itu. Terdengar sedikit suara erangan, dari situ, sedikit demi sedikit buku itu bergerak, Mark yang yakin ada seseorang disana pun mengacungkan pistolnya 5cm diatas buku itu, dan menembaknya 2 kali. Nampak darah bercucuran keluar dari sana, terdengar suara erangan dari sana juga. Mark mengarahkan pistolnya 115cm keatas dari arah tembakkan tadi dan 40cm ke kanan. Mark menarik pelatuknya lagi dan “Dor.. Dor..” darah keluar dari sana juga. Suara erangan itu semakin keras. Mark menarik tubuh tak terlihat  itu dan membantingkan ke lantai. Setelah menerima bantingan keras dari Mark, tubuh tak terlihat itu akhirnya menampakkan diri, ia adalah lelaki bermata hijau hazel, berambut hitam, dan tingginya tak lebih dari Kian. Hidungnya berdarah karena hantamannya ke lantai, lengan kanannya berhasil ditembak oleh Mark, dan kaki kirinya juga.

            Mark datang menghampiri lelaki itu, Mark berjongkok di atas tubuhnya. Dan bertanya lantang.

“Siapa yang mengirim mu ?!”

            Lelaki itu bernafas cepat menahan sakitnya, tangannya bergerak ke saku belakang celananya dan mengeluarkan sebuah kantong plastik. Ia membuka kantong plastik itu dan mengeluarkan senjata api dan menembak bahu Mark. Mark sampai terlontar kebelakang akibat tembakkan itu, lelaki itu mengambil kesempatan berusaha melarikan diri, dengan tergopoh-gopoh ia berusaha keluar dari sini. Mark yang terkena tembakkan di bahu kirinya mengeluarkan pisau lipat dari kantung celananya dan melemparkannya tepat mengenai luka yang berada di kaki kiri lelaki itu. Lelaki itu terjatuh ke lantai dan mengerang semakin keras. Pisau yang dilemparkan Mark tadi menancap hebat di luka kakinya. Sambil memegangi luka di pundaknya, Mark berjalan ke arah lelaki yang terlentang kesakitan diatas lantai itu.

"Siapa kau ??!" Tanya Mark lantang
"Kau tidak perlu siapa aku, Mark Feehily." Katanya dengan nafas terengah-engah

            Mark yang palak, mencabut keluar pisau yang menancap itu dan memamerkannya di depan mukanya.

"Sepertinya kau masuk ke kandang yang salah."Kata Mark dengan nada mengancam
"Mark Feehily, baru saja ditangkap polisi waktu karena izinnya telah masuk masa tengang. Memiliki isteri bernama Daphne Walsh dan putri cantik bernama Adeline Feehily. Keduanya mati dibunuh oleh Earl John di Tower of London." Katanya seraya menahan rasa sakitnya dengan cengiran iblis.

           Mark yang terkejut spontan menancapkan kembali pisau itu di luka kakinya. Alhasil membuat lelaki itu mengerang semakin keras. Mark menangkap simbol cincin yang dikenakannya. Mark melihat dan mencabutnya dari jarinya.

"Kembalikan !!" amuk Lelaki itu pada Mark
"Diam !" Mark memberikan hentakkan kecil pada pisau yang menancap itu. Yang membuat lelaki itu mengerang dan mengelinjang semakin keras.

       Mark mengamati cicin itu tanpa memedulikan tubuh berdarah-darah dibawahnya yang terus mengerang. Mark memandang wajah polos lelaki yang penuh darah itu lekat-lekat.

"Kauu... Kau..." Kata Mark terbata-bata
"Aku apa ?!" berangnya
"Kau... Sh---" kata-kata itu belum sempai diselesaikannya, karena terdengar debaman pintu. Lalu suara langkahan kaki seorang lelaki. 


 "Mark.. Kau dimana?" tanya suara yang dikenal baiknya. 
"Disini !" Teriak Mark dengan mata yang masih memandang lekat-lekat wajah berdarah-darah itu. "Ya Ampun !! Siapa itu ?!" suara khawatir Kian mengelegar ke seluruh ruangan. 

TO BE CONTINUED


           

Minggu, 07 Oktober 2012

Mystery - Part 4



       Kian sedang duduk di kursi stasiun, sedang membaca koran, wajahnya tampak tenang, ia terus membaca dan terus membaca sampai tiba-tiba ia bersuara,

“Aku tahu, kamu akan datang, Mark.” Katanya seraya melipat korannya
“Ada apa ?” Mark duduk disamping Kian.
“Hmm..” Kian berdeham dan memberikan koran yang ditangannya kepada Mark.

            Mark membuka halaman pertama koran itu, berita Headline dengan font 48 itu mengejutkannya. “Mystery at The Tower of London”. Memori buruk tentang Adeline dan Daphne pun muncul lagi di benaknya, gejala-gejala tadi muncul kembali, jantung berdegup kencang, keringat dingin, dan tangan gemetaran. Ia merogoh kantung mantelnya dan mengeluarkan clonazepamnya dan menelan 1 tablet lagi.

“Apa yang kau minum ?!” Tanya Kian
“Tidak ada apa-apa.”  Mark buru-buru menyimpan kembali clonazepam itu dalam kantung mantelnya.
“Berikan !”
“Tidak !”
           
            Dengan 1 hentakkan tangan, botol tabung clonazepam itu melompat keluar dari kantung mantel Mark dan segera ditangkap oleh Kian.

clonazepam, Mark ?! Kau gila ! Bagaimana kalau kamu ketergantungan, hum ?”
“Aku tidak ada pilihan lain !”

            Kian menghela nafas dan mengembalikan tabungnya kepada Mark. Kian mengeluarkan 1 batang cerutu dari kantung mantelnya dan menempatkannya di mulutnya, mengacungkan jari telunjuknya yang berapi itu ke ujung cerutunya. 

“Kau gila, bagaimana kalau apimu dilihat oleh warga sekitar ?” Kata Mark tak suka.
“Kadatangan mu tadi yang tiba-tiba juga. Bagaimana kalau dilihat warga sekitar ?” Ungkap Kian santai.
“Ahh ! Kau selalu begitu. Sudahlah, jadi tujuanmu memanggilku kemari hanya untuk menunjukkan koran ini ?!” Berang Mark
“Ohh, tentu tidak. Aku ingin mengajakmu kembali ke sana ?”
“Apa ?! Kembali ke Bloody Tower ? Dan mengembalikan semua memori buruk itu ?! Oh tidak, tidak akan, Tuan Egan ! Lupakan itu semua !” Mark mengamuk dan menghilang lagi.
“….” Kian diam sejenak, “Aku benar-benar menyesal mengusulkan padamu untuk mengikuti ujian itu. Semoga kau tertangkap oleh Polisi Waktu !” Sumpah Kian pada Mark.

******

            Tiba-tiba Mark muncul disuatu tempat yang serba putih,

“Sialan !!! Aku tertangkap oleh Polisi Waktu. Apasih mau mereka ? Ughh!” Geram Mark
            Benar saja, tak berapa lama setelah itu, terdengar suara sirene yang datang entah dari mana.

“Augghhtt !!!” Geram Mark kesakitan
           
            Badan Mark ditiban oleh seorang polisi waktu yang duduk bersila di punggunnya.

“Dasar berandalan waktu ! Aku heran kenapa mereka meluluskan mu di ujian mu dulu.” Amuk suara husky Polisi Waktu itu.
“Arghhtt !!!” Amuk Mark frustasi, “Apa salah aku ?! Aku menghilang dari kurun waktu 5 detik per menit ! Itu tidak melanggar hukum.”
“Aku tahu, tapi izin mu sudah masuk dalam waktu tenggang ! Berandalan, sudah 6 Tahun masuk masa tenggang ! Berandalan kemana saja kamu 6 Tahun itu. Nama !” Polisi itu mengeluaran kertas dan bolpoin dari saku celananya yang langsung melayang di udara.
“Mark Feehily.” Jawab Mark kehabisan nafas

            Polisi itu melirik kertasnya dan mengerutkan keningnya,

“Berandalan ! Kamu tidak terdaftar ! Berandalan ilegal ! Kenapa kamu bisa menjelajahi waktu ?”
“Apa ?! Aku terdaftar !” Mark berusaha mengeraskan suaranya biarpun kehabisan nafas akibat ditiban oleh polisi itu.
“Bohong ! aku tidak menemukan nama Mark Feehily disini.”
“Ahhh ! Aku lupa, maaf-maaf. Marque de Feehily, itu namaku.”
“Hmm… Kamu Portugis ? Wajahmu tidak ada taraf Portugisnya.” Polisi itu heran seraya mencocokkan gambar yang ada di kertasnya dengan muka Mark.
“Ceritanya panjang. Bisakah kau bangun sekarang ? 1 menit lagi kau duduk disana, aku bisa mati !”
“Oh, Maaf..”
            Polisi itu pun bangkit daru punggung dan berdiri dihadapannya. Mark tertegun melihat wajah polisi waktu satu ini. Rambutnya pirang, matanya biru, tingginya sebahu Mark, dengan bibir tipis sempurna dan wajah licik yang polos.

“Kamu… Kamu polisi waktu ??” Tanya Mark meragukan
“Iya.. Ada masalah ? Berandal ?” Jawab Polisi itu enteng
“Berhenti memanggil ku Berandalan ! Aku taat hukum ! Lagi pula sekarang malah aku yang meragukanmu. Tampang muka mu tidak memenuhi syarat-syarat untuk menjadi polisi waktu. Seingatku tinggi mereka harus 180 cm, dan umur minimal 29.” Mark memasang muka ragu.
“Ya ampun ! itu peraturan 6 Tahun yang lalu, sekarang tidak ada batas tinggi lagi. Dan aku sudah 33, berandal !” Ungkap Polisi itu tak suka.
“Mana tanda pengenal mu.” Mark ngeyel
“Dasar berandal waktu yang tak tahu sopan santun ! Ini !” Polisi itu mengeluarkan sebuah kartu dari kantung bajunya dan menempelkannya ke pipi Mark.

            Mark memandangnya sebal dan mengambil kartu yang tertempel di pipinya. Kartu itu berisi tanda pengenalnya. Nicky Byrne, 9 Oktober 1978.

“Umm, Maafkan aku Officer Byrne.” Mark memasang muka menyesal dan mengembalikan tanda pengenal tersebut ke Nicky.
“Hmm..” deham Nicky sebagai jawaban iya.
Anyway ! Aku ingin memperpanjang izin menjelajahi waktu ku. Bagaimana caranya ?”
“Sini tanganmu.” Ia menggapai tangan Mark dan menempatkannya ke sebuah papan. “Sudah.”
“Begitu saja ? Seingatku prosedurnya panjang sekali.” Mark keheranan seraya memandang telapak tangannya.
“Kau itu seperti manusia zaman batu. Sudah ! Sana pulang, sudah larut, DAN JIKA KAU MENGAJUKAN PERTANYAAN KONYOL LAGI AKAN KUTILANG KAU !” Nicky mengeraskan suaranya.
“Humpphh..” Dengus Mark “Polisi gila !” Lalu Mark menghilang.
“Berandal ! Berandal ! Berandal ! Aku heran mengapa mereka bisa diluluskan !” Lalu Nicky pun ikut menghilang.

TO BE CONTINUED 

Mystery - Part 3

11:15 PM

Mark sedang berjalan hilir mudik di dalam perpustakaan besar itu. Ia binggung dan bimbang. Haruskah dia pergi bertemu dengan Kian tengah malam nanti ? Biarpun Kian tidak menyebutkan nama stasiun yang dimaksud, Mark tahu, stasiun yang dimaksud adalah Paddington Station. Mark berhenti tepat di hadapan sebuah lukisan minyak besar yang tergantung di sana. Lukisan wanita cantik yang sedang memangku seorang gadis cantik yang tak lain dan tak bukan adalah Adeline dan Daphne. Adeline putri semata wayangnya yang berambut pirang, bola mata biru laut dan bentuk wajah yang sempurna persis ibunya. Tak lupa ciri khas keluarga Feehily dengan lesung pipi yang manis. Daphne, isterinya yang cantik dan anggun, berbola mata biru laut yang indah, bibir tipis yang sempurna dan bentuk tubuh yang sempurna. Tak heran menjadi dambaan setiap lelaki.

Mark yang memiliki kemampuan mengingat yang sangat tajam itu mengeluarkan sebuah cermin kecil dari kantungnya, ia memandang pantulan dirinya di cermin lekat-lekat, ia menggumamkan semacam mantra dan tiba-tiba keluarlah gambar seorang gadis cantik bersama ibunya. Itu adalah memori Mark 7 tahun yang lalu, saat musim semi yang indah di London, mereka bertiga sedang bermain-main di taman bunga bagian belakang rumah ini. Mark tersenyum melihat senyum kedua perempuan cantik itu. Tapi tiba-tiba sosok tegas Earl John muncul di cermin itu, Mark terkejut seketika sehingga menjatuhkan cermin yang ada ditangannya hingga pecah. Jantungnya berdegup kencang, keringat dingin mengalir disekujur tubuhnya, tiba-tiba gambaran detik-detik kematian Adeline dan Daphne muncul di benaknya. Mark berlari dan terus berlari ke arah meja yang berada di sudut ruangan. Ia membuka laci meja dan menserakkan isinya di lantai. Ia terus mencari dan terus mencari di laci lain yang ada di meja tersebut. Ia binggung, gelisah dan takut, akhirnya ia membuka semua laci, mengarahkan telapak tangannya ke depan dan berkata “clonazepam”. Dari salah satu laci itu, keluarlah botol kecil berwarna oranye yang melesat keluar dan hinggap ke telapak tangan Mark. Dengan tangan gemetaran, Mark membuka tutupnya dan mengeluarkan 1 tablet kecil dari dalamnya yang langsung di telannya. Setelah detak jantungnya kembali normal, ia ambruk ke kursi berlengan yang berada disampingnya.
            
           Ia kembali mengatur nafasnya, sambil mengarahkan telapak tangannya kearah dimana cermin tadi dijatuhkannya, “mirror” katanya. Dan cermin itu melesat dari lantai ke tangannya, disusul oleh pecahan-pecahan kacanya yang mendarat mulus di meja. Ia meletakkan cermin itu di atas pecahan kaca, dengan 1 lambaian tangan, cermin itu kembali menyatu dan tampak seperti baru. Ia bangkit dari duduknya, mengambil cermin tadi dan menaruhnya di kantung celananya dan berjalan ke arah rak buku yang berada di bagian barat perpustakaan itu. Ia membuka kaca rak buku itu dan menarik keluar 1 buah buku yang paling kumal diantara semua buku. Tiba tiba kedua sisi rak itu bergeser seperti pintu lift. Mark pun berjalan lurus ke arah ruangan rahasia itu. Dengan lambaian tangannya, obor-obor disana menyala dan menari-nari dalam gelap. Ternyata Mark berada dalam 1 ruangan yang berisi berbagai macam alat yang aneh, ada seperangkat alat kedokteran, jurnalis, detektif, polisi, tentara, perampok dan pembunuh. Tapi ia melewatkan semua itu dan terus berjalan ke arah pajangan senjatanya, ia memilih dan melihat secara seksama senjata yang dibutukannya. Setelah beberapa lama, memilih, ia membawa senjata api berkaliber 9mm dan pisau lipat.

            Saat mengecek arlojinya, arloji emasnya itu menunjukkan pukul 11:58. Dengan sangat terburu-buru, ia keluar dari ruangan tadi, dan saat ia berada di luar ruangan itu, rak buku tadi tertutup secara sendirinya. Ia menghampiri mejanya, dan memandang foto anak dan isterinya yang terpajang di meja itu untuk terkahir kalinya sebelum pergi. Setelah puas melihat foto mereka, Mark mengambil topi dan mantelnya. Setelah memakai topi dan mantel, Mark menghilang seketika.

TO BE CONTINUED

Mystery - Part 2


“Mark, bangun.”
“eemm….” Gumam lelaki itu tak jelas
“Feehily bangun !!” Teriak lelaki itu keras sampai-sampai langit-langit ruangan itu seperti ingin runtuh.
           
Tapi usahanya sia-sia, lelaki yang bernama Mark itu tetap saja tertidur lelap.
“Kau ingin bangun atau kubakar perpustakaan mu, hum ?” ancam lelaki itu seraya mengacungkan jari telunjuknya yang mengeluarkan api.
“Cocok untuk BBQ, kawan lama.” Jawab lelaki tadi dengan mata tertutup.
“Sudah 6 tahun sejak kejadian itu ? Kenapa kamu masih bersembunyi ? Bahkan Earl John saja sudah meninggal.” Tanyanya seraya menyalakan lampu perpustakaan itu dengan 1 lambaian tangan di udara.
“Jangan buka lampunya !!!” Teriak Mark histeris
“Bodoh ! Sampai kapan kamu ingin jadi tikus got yang tidur di atas tumpukkan kertas, hum ? Lupakah kamu dengan kesuksesan kita sebelum si bajingan Earl John itu memfitnah kita ? Sekarang bajingan itu sudah meninggal, harusnya kita kembali bersinar seperti dulu !” Ujarnya tanpa memedulikan Mark yang sedang berusaha menyesuaikan matanya dengan cahaya lampu yang terang karena ia sudah terbiasa dengan kegelapan.
“Bodoh.. Aku lebih suka berdiam disini dari pada mengerjakan pekerjaan kita yang dulu. Aku lebih suka menjadi tikus got yang tinggal disini titik !” Jawabnya jengkel seraya duduk bersila ditumpukkan kertas tadi.
“Kau hancur ! Lihatlah aku, setelah aku melarikan diri ke Amerika, aku tetap berusaha dan bekerja.” Katanya bangga seraya mengambil kursi yang ada disudut ruangan hanya dengan 1 gengaman tangan di udara.
“Itu kamu, bukan aku. Tak ingatkah kamu tentang perlakuan Earl John dengan anak isteri ku ?!” Tanya Mark penuh emosi
“Aku tahu ! Tapi itu sudah 6 tahun yang lalu ! Anak dan Isterimu akan sangat kecewa denganmu ! Mereka mengkorbankan hidup mereka untuk mu ! Tapi kau malah menyia-nyiakannya !” Pintanya keras
“Jangan pernah kamu menghinaku dengan mengikut sertakan mereka !” Ujar Mark penuh emosi.
“Jadi apa mau mu sekarang ?” Tanyanya lagi.
“……..”
“Diam ? Kembali menjadi tikus got yang tidur diatas tumpukkan kertas ? Bersembunyi dalam kegelapan dan mengecewakan anak isterimu ?”
“Cukup !! Lupakah kamu kalau Earl John menyiksa tunangan mu didepan mata mu saat itu ?!”
“Mark ! Itu sudah 6 tahun yang lalu ! Ini ! bekas luka di pipiku ini tidak bisa hilang ! Sama seperti rasa sakit di hati ku! Aku beruntung bisa bebas dari kutukan itu yang hanya meninggalkan bekas luka ini ! Dan aku beruntung masih hidup untuk membalaskan dendam Jodi ! Rasa sakit melihat Jodi disiksa olehnya di depan mataku itu benar-benar membuatku marah ! Tapi apa boleh dikata, Mark. Itu sudah takdir ! Semua itu sudah direncanakan !” Katanya berusaha menahan emosi
“Takdir ? Takdir ? chiiii !” dengus Mark “Semuanya hanyalah omong kosong bagiku !”
“Terserah padamu ! Pokoknya hari ini jam 12 malam, ku tunggu di depan stasiun.” Ia pun bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah pintu.
“Key… Maafkan aku, aku tidak bermaksud untuk mengingatkanmu pada Jodi. Maaf…” Mark menundukkan kepalanya.

            Kian membalikkan tubuhnya dan memandang kawan lamanya ini, tersenyum kecil dan mengangguk.

“Maafkan kata-kata ku tadi juga ya, Mark. Aku tahu, kamu sangat sayang dengan Adeline dan Dephne.”

            Mark mengangkat kepalanya, mengangguk dan tersenyum pada Kian. Kian pun pamit dan keluar dari rumah itu.

TO BE CONTINUED