Kumpulan FanFicition Westlife.
Yang mana para tokohnya adalah personil Westlife.

MURNI HANYA CERITA FIKSI SEMATA

Minggu, 07 Oktober 2012

Mystery - Part 3

11:15 PM

Mark sedang berjalan hilir mudik di dalam perpustakaan besar itu. Ia binggung dan bimbang. Haruskah dia pergi bertemu dengan Kian tengah malam nanti ? Biarpun Kian tidak menyebutkan nama stasiun yang dimaksud, Mark tahu, stasiun yang dimaksud adalah Paddington Station. Mark berhenti tepat di hadapan sebuah lukisan minyak besar yang tergantung di sana. Lukisan wanita cantik yang sedang memangku seorang gadis cantik yang tak lain dan tak bukan adalah Adeline dan Daphne. Adeline putri semata wayangnya yang berambut pirang, bola mata biru laut dan bentuk wajah yang sempurna persis ibunya. Tak lupa ciri khas keluarga Feehily dengan lesung pipi yang manis. Daphne, isterinya yang cantik dan anggun, berbola mata biru laut yang indah, bibir tipis yang sempurna dan bentuk tubuh yang sempurna. Tak heran menjadi dambaan setiap lelaki.

Mark yang memiliki kemampuan mengingat yang sangat tajam itu mengeluarkan sebuah cermin kecil dari kantungnya, ia memandang pantulan dirinya di cermin lekat-lekat, ia menggumamkan semacam mantra dan tiba-tiba keluarlah gambar seorang gadis cantik bersama ibunya. Itu adalah memori Mark 7 tahun yang lalu, saat musim semi yang indah di London, mereka bertiga sedang bermain-main di taman bunga bagian belakang rumah ini. Mark tersenyum melihat senyum kedua perempuan cantik itu. Tapi tiba-tiba sosok tegas Earl John muncul di cermin itu, Mark terkejut seketika sehingga menjatuhkan cermin yang ada ditangannya hingga pecah. Jantungnya berdegup kencang, keringat dingin mengalir disekujur tubuhnya, tiba-tiba gambaran detik-detik kematian Adeline dan Daphne muncul di benaknya. Mark berlari dan terus berlari ke arah meja yang berada di sudut ruangan. Ia membuka laci meja dan menserakkan isinya di lantai. Ia terus mencari dan terus mencari di laci lain yang ada di meja tersebut. Ia binggung, gelisah dan takut, akhirnya ia membuka semua laci, mengarahkan telapak tangannya ke depan dan berkata “clonazepam”. Dari salah satu laci itu, keluarlah botol kecil berwarna oranye yang melesat keluar dan hinggap ke telapak tangan Mark. Dengan tangan gemetaran, Mark membuka tutupnya dan mengeluarkan 1 tablet kecil dari dalamnya yang langsung di telannya. Setelah detak jantungnya kembali normal, ia ambruk ke kursi berlengan yang berada disampingnya.
            
           Ia kembali mengatur nafasnya, sambil mengarahkan telapak tangannya kearah dimana cermin tadi dijatuhkannya, “mirror” katanya. Dan cermin itu melesat dari lantai ke tangannya, disusul oleh pecahan-pecahan kacanya yang mendarat mulus di meja. Ia meletakkan cermin itu di atas pecahan kaca, dengan 1 lambaian tangan, cermin itu kembali menyatu dan tampak seperti baru. Ia bangkit dari duduknya, mengambil cermin tadi dan menaruhnya di kantung celananya dan berjalan ke arah rak buku yang berada di bagian barat perpustakaan itu. Ia membuka kaca rak buku itu dan menarik keluar 1 buah buku yang paling kumal diantara semua buku. Tiba tiba kedua sisi rak itu bergeser seperti pintu lift. Mark pun berjalan lurus ke arah ruangan rahasia itu. Dengan lambaian tangannya, obor-obor disana menyala dan menari-nari dalam gelap. Ternyata Mark berada dalam 1 ruangan yang berisi berbagai macam alat yang aneh, ada seperangkat alat kedokteran, jurnalis, detektif, polisi, tentara, perampok dan pembunuh. Tapi ia melewatkan semua itu dan terus berjalan ke arah pajangan senjatanya, ia memilih dan melihat secara seksama senjata yang dibutukannya. Setelah beberapa lama, memilih, ia membawa senjata api berkaliber 9mm dan pisau lipat.

            Saat mengecek arlojinya, arloji emasnya itu menunjukkan pukul 11:58. Dengan sangat terburu-buru, ia keluar dari ruangan tadi, dan saat ia berada di luar ruangan itu, rak buku tadi tertutup secara sendirinya. Ia menghampiri mejanya, dan memandang foto anak dan isterinya yang terpajang di meja itu untuk terkahir kalinya sebelum pergi. Setelah puas melihat foto mereka, Mark mengambil topi dan mantelnya. Setelah memakai topi dan mantel, Mark menghilang seketika.

TO BE CONTINUED

Tidak ada komentar:

Posting Komentar